aHabibie, namanya terasa akrab di telinga saya. Bukan, bukan karena nama ini mengingatkan saya kepada sosok orang besar yang pernah memimpin Indonesia dengan cukup sukses walau pun hanya sebentar. Bukan. Nama ini bukan merujuk ke orang itu.
Saya pernah mendengar namanya disebut-sebut oleh Pak Tung Desem Waringin dalam seminarnya.
Kali kedua saya mendengar kembali nama itu. Tepatnya hari Sabtu lalu, saat diundang menjadi pembicara dalam seminar kewirausahaan yang diadakan oleh EInvest, sebuah komunitas bisnis yang dirintis oleh para alumni UI, di Auditorium FTUI Depok.
Pembicara setelah saya adalah Habibie. Siapa Habibie? Dari tulisan yang sempat saya lirik di tangan pembawa acara, tertuis dia adalah seorang internet marketer yang sukses.
Saat saya berpamitan dengan panitia, Habibie datang bersama rombongan dari Bandung. Ia diantar oleh keluarga dan teman-temannya.
Yang mana Habibie? Rupanya ia adalah sosok yang duduk di kursi roda itu. berbaju abu-abu, ia duduk dengan tangan dan kaki terkulai lemas. Habibie lumpuh, begitu kesimpulan saya. Melihat dia, saya teringat dengan Stephen Hawking, fisikawan jenius penemu teori Big Bang itu. Tapi Habibie bisa berbicara, walaupun tidak begitu jelas.
Habibie ia adalah alumni Global Internet Summit yang diadakan oleh TDW Resources. Ia adalah salah satu alumni yang sukses mempraktekkan ilmu dari seminar itu.
Saya kagum dan terinspirasi dengan anak muda yang saya perkirakan baru berusia 20-an ini. Baginya tidak ada yang tidak mungkin. Impossible is nothing, seperti kata iklan Adidas (?).
Keterbatasannya itu membuatnya fokus dan berkonsentrasi kepada kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukannya. Ia bisa pakai laptop dan bisa mengakses internet dengan keterbatasan ini. Dan ia melakukannnya dengan sukses, artinya mencetak uang dari laptopnya.
Kedatangannya, memperlambat langkah saya keluar dari auditorium. Materi seminar yang saya berikan dengan begitu bersemangat dan antusias terasa 'hambar' ditelan kharisma sosok Habibie. Ya, saya mencetak semua prestasi bisnis itu dengan kondisi tanpa kekurangan apa pun. Saya sehat wal afiat, bebas bergerak ke mana pun saya suka. Sedangkan Habibie? Dunianya hanya selingkar yang bisa dijangkau oleh kursi rodanya.
Seorang anak muda dengan penampilan cukup ganteng dan tinggi mendekati saya dan menyodorkan sebuah buku tulis berisi tulisannya.
Saya baca tulisannya. Tertulis di sana bahwa ia merasa termotivasi mendengar materi saya. Ia bertekad akan mencontoh apa yang saya lakukan.
Ia meminta saya untuk membaca dan membubuhkan tanda tangan di bagian bawah tulisan itu.
Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Saya masih belum ngeh.
Setelah itu ia menuliskan sesuatu lagi. Ia meminta alamat dan nomor kontak saya.
Saya baru tersadar. Ia tidak bisa berbicara.
Namanya Agung. Usianya 24 tahun. Ia juga adalah rombongan Habibie dari Bandung. Rupanya Habibie telah merangkul teman-temannya yang memiliki keterbatasan fisik untuk mengikuti jejaknya.
Habibie, Agung, saya sungguh malu dan terharu dengan kalian. Saya dengan segala kelengkapan fisik ini merasa belum mengerahkan kemampuan dengan maksimal.
Saya teringat dengan teman-teman saya yang masih suka berkeluh kesah dengan segala kendala bisnis yang dihadapinya. Kurang modal, kurang ilmu, persaingan ketat dan sebagainya kerap disebut sebagai alasan.
Saya mau kasih lihat kepada mereka. Ini lho Habibie. Lihatlah dia! Masih maukah anda mengeluh dan beralasan setelah melihat Habibie?
Salam FUUUNtastic!
Rabu, 28 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar